Menyambung dari tulisan sebelum nya, kita akan membahas membuat drone dari barang bekas sesuai dengan versi pada video yang sedang viral di awal Juli 2020 ini. Berikut ini video yang di ambil dari salah satu channel stasiun TV Nasional :
Kita telah membahas komponen membuat drone Frame, Motor dan Propeller selanjutnya kita akan membahas Flight Control dan Remote Control nya. Flight Control adalah komponen yang mengatur kecepatan / putaran dari propeller agar bisa terbang dan mengikuti arah yang kita atur dari Remote Control nya. Sedangkan remote control nya adalah bagian yang memberikan input perintah kepada flight control untuk mengatur propeller. Jadi Flight Control dan Remote harus di beli yang bisa saling mengerti apa yang di input dan apa yang harus di control. Untuk bagian ini, saya rasa tidak mungkin menggunakan dari barang bekas. Kita harus membeli satu paket agar komunikasi nya tidak ada kendala.
Pada Video anak tersebut, ada satu bagian dimana ada PCB yang di selipkan di antara PSU komputer dengan HDD bay. Entah apa maksud dan tujuan di lakukan pengambilan gambar tersebut dengan latar belakang membicarakan sebagai Chip untuk di gunakan di drone yang sedang di program. Karena bagi saya lebih simple kita beli jadi saja dari pada harus memprogram membuat algoritma pengaturan propeller sesuai dengan kecepatan yang di butuhkan.
Teman teman bisa search di kolom ini untuk body drone dengan keyword “Drone Flight Control”
Komponen pendukung untuk membuat drone berikut nya adalah Batterai dan power distribution board nya. Batterai di gunakan untuk menyimpan daya dan Power distribution adalah untuk mengatur voltase keluaran supaya dapat mengendalikan putaran dari motor. Pada video tersebut, anak itu mengecas battere drone dengan menjepit / mencolok kutub positi dan negatif ke batang pepaya. Disini saya belum pernah mengkaji seberapa besar output dari getah pepaya dapat mengeluarkan listrik dan mengisi batere nya.
Mungkin lebih efisien dengan mengisi daya batere dengan listrik agar lebih cepat dan mudah digunakan, tetapi jika drone ini akan di gunakan pada daerah bencana alam seperti tujuan di video dan mungkin saat terjadi bencana listrik tidak ada. Tentu nya perlu di kaji pengisian daya seperti ini agar lebih efisien dan cepat mengisi. Karena penggunaan drone dengan baling-baling yang banyak membutuhkan daya yang banyak dan kapasitas batere yang kecil. Drone menggunakan batere yang kecil agar tidak berat dan drone dapat terbang, karena kalo mengangkat batere yang berat, dibutuhkan tenaga yang besar agar drone bisa terbang, dan batere pun akan cepat habis.
Di akhir-akhir video, terlihat anak tersebut berkomunkasi melalu handphone dengan teknlogi pengantar nya adalah bluetooth, dan pada narasi video juga di sebutkan kalo drone di jadikan server. Mungkin di maksud dengan server di sini adalah sebagai alat pengatur komunikasi antara dua titk. Tetapi teknologi yang digunakan masih bluetooth, karena teknlogi bluetooth masih punya keterbatasan dalam jarak.
Penutup dari pembahasan ini, ide dari anak tersebut cukup baik dimana ide membuat drone dengan tujuan membantu komunikasi saat terjadi bencana, tetapi pemberitaan yang menceritakannya menggiring opini masyarakat untuk membuat hal tersebut tidak mungkin dan beberapa adegan membuat orang yang mengerti tentang teknologi jadi mencela ide anak tersebut. Alangkah lebih baiknya jika di ceritakan secara teknis nya, mana yang bagian dari barang bekas, mana yang bagian beli. Terus bagaiamana bagan dari input-proses-output sehingga ide anak ini bisa diakui oleh para ahli dan praktisi.